Blog Competition #EnergiOptimisme : Menantang Ombak demi Target COD 2018 PLTU Sumbawa Barat (2x7) MW
Oleh : Adiartha Prihananto | PLN UIP
Nusa Tenggara – UPP Sumbawa
Setiap orang pasti mempunyai mimpi
bekerja di sebuah perusahaan besar, kantor mewah di pusat kota dan mempunyai
sekretaris yang cantik. Bayangan itu yang tampak ketika saya di terima di
sebuah perusahaan besar bernama PLN. Tetapi realita tidak sejalan dengan mimpi,
saya mendapatkan SK dan ditempatkan di ujung barat pulau Sumbawa tepat nya di
Taliwang, dimana di sepanjang jalan macet bukan karena kendaraan tetapi karena
sapi dan kuda liar yang berkeliaran di sepanjang jalan.
Project pertama saya adalah PLTU
Sumbawa Barat (2x7) MW, dimana saya mengawali proyek tahun 2012 sejak pekerjaan
land clearing sampai menjelang COD Desember 2018. Selama 6 tahun mengabdi di
proyek ini, ada satu pengalaman yang tidak akan kami lupakan, team supervisi
konstruksi PLTU Sumbawa Barat (2x7) MW. Pengalaman itu adalah tidak bisa dilakukan
reklamasi untuk konstruksi water intake dan jetty dikarenakan ombak yang sangat
besar di sepanjang pantai selatan Sumbawa. Water intake adalah bagian dari
pembangkit yang berfungsi mengalirkan air laut untuk pendingin condenser.
Berbagai macam vendor di datangkan untuk survey pekerjaan, tetapi tidak satu
pun yang mampu mengerjakan reklamasi melawan ganas nya ombak pantai selatan
pulau Sumbawa.
Berbagai macam upaya telah dilakukan
PLN Pusat, antara lain menggunakan jasa pihak ketiga LAPI ITB untuk membuat
kajian pembangunan jetty dan water intake. Tetapi tidak menghasilkan solusi
sesuai yang di harapkan. Berdasarkan
kajian LAPI, untuk pembangunan water intake dan jetty di pantai PLTU Sumbawa
Barat diperlukan break water (
pemecah ombah ) dengan biaya 350 Milyar, lebih mahal dari harga kontrak PLTU
itu sendiri.
Untuk mengejar target COD tahun 2018
akhir nya kami team supervisi konstruksi UPP Sumbawa bersinergi dengan
kontraktor membuat sebuah terobosan, dimana baru pertama kali dilakukan di
Indonesia, yaitu membuat kontruksi water intake menggunakan pipa HDPE offshore
diameter 900 mm. Di mana hampir semua
PLTU di Indonesia menggunakan kontruksi open canal ( reklamasi tanggul) untuk
water intake. Karena merupakan proyek pertama di Indonesia, kami harus membuat
metode kerja, design calculation dan data survey sendiri.
Jika berhasil ini akan menjadi
pencapaian yang luar biasa untuk referensi proyek ke depan PLN. Jika proyek ini
gagal, ucapakan selamat tinggal COD 2018 dan kerugian yang besar bagi
perusahaan. Selain kerugian biaya, PLN juga mengalami kerugian waktu.
Pekerjaan pun dimulai Agustus 2017,
dimana kami mulai mengambil data survey mengarungi laut, menyelam melihat
kontur dasar laut . Setelah memperoleh data survey bathymetri, selanjutnya pada
bulan September kami membuat gambar kerja dan design calculation diameter
minimum pipa dan berat minimum cincin pemberat. Bulan November dimulai
penarikan pipa ke tengah laut dan pemasangan cincin pemberat. Pada bulan
Desember 2017 konstruksi telah selesai di lakukan.
Dari segi finansial PLN mendapat
saving 8,5 Milyar dikarenakan perubahan design open canal menjadi pipa offshore
dan saving waktu 8 bulan. Kontruksi pipa offshore hanya memerlukan waktu 4
bulan, sedangkan konstruksi open canal memerlukan waktu 12 bulan. Metode ini pun akan diterapkan di pembangkit
di Nusa Tenggara yaitu di PLTU Ropa dan PLTMGU Lombok Peaker.
Hidup adalah pilihan, apa yang kita
punya adalah apa yang mampu kita berikan, semoga pencapaian kami menjadikan
motivasi bagi insan PLN untuk berkarya. Dimana pun kita berada tidak menjadi
alasan untuk kita berhenti berkarya dan menerangi Indonesia.
Salam #EnergiOptimisme
Salam NUSRA : Niat Usaha Semangat
Rajin Akurat
ok
ReplyDelete